—
Tim Kesehatan Organisasi Asgar
Kita mungkin sering mendengar istilah “Angin Duduk”. Tak jarang pula banyak yang kaget, serta tidak sedikit orang yang meninggal mendadak karena penyakit ini.
Namun banyak yang tidak tahu, dan sering bertanya tentang apa itu angin duduk, kenapa terjadi, bagaimana cirinya, dan apa upaya pencegahan dan pengobatan angin duduk tersebut.
Oleh karena itu, bersama ini Tim Kesehatan Organisasi Asgar akan memaparkan segala sesuatu tentang apa itu angin duduk, tanda-tanda, gejala, pencegahan dan pengobatan angin duduk tersebut.
Pengalaman dari keluarga penderita penyakit angin duduk:
Ini adalah kisah nyata Ibu Mercy Sinambela yang berusia 38 tahun bercerita tentang suaminya.
“Angin duduk terjadi pada suami saya. Sehari sebelum meninggal, dia masih mengajak anak-anak bersepeda. Sorenya, mencuci mobil di halaman depan. Esok paginya, dia sehat bugar ketika berangkat kerja.”
“Sebelum siang, dia telepon dan mengaku nyeri dada disertai berkeringat gede-gede. Ketika teman kantor mengajaknya makan siang, mereka mendapati suami saya sudah tertelungkup ke atas meja dan tidak bernapas lagi.”
“Memang sebelumnya, dia sering mengeluh nyeri di bagian bawah dada. Begitu dikerok, sembuh, makanya kami menduga itu adalah angin duduk,”
Mengenali tanda-tanda dan arti angin duduk
Tanda-tanda penyakit ini yaitu nyeri dada seperti rasa ditekan, keluar keringat dingin, perut kembung, ulu hati seperti ditusuk-tusuk sehingga menimbulkan rasa mual, dan dianggap lebih parah dari masuk angin biasa.
Dalam dunia kedokteran, istilah angin duduk mengarah pada penyakit jantung yang disebut Sindroma Koroner Akut (SKA). SKA adalah salah satu manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian.
Masyarakat biasanya mengambil tindakan yaitu minum larutan tolak angin, menggosokkan balsam, atau melakukan kerokan di bagian tubuh yang dirasa sakit. Namun, bisa saja 30 menit kemudian penderita meninggal dunia.
Gejala Angin Duduk
Gejala awalnya berupa nyeri dada yang disebut angina pectoris, yaitu suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada.
Sejauh ini, penderitanya lebih banyak orang dewasa – terutama pria – yang tidak menjalankan pola atau gaya hidup sehat.
Angina terjadi saat istirahat dan terus menerus, biasanya lebih dari 15 menit. Angina mengalami peningkatan dengan semakin lama waktu nyerinya atau lebih mudah tercetus.
Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Prof. DR. dr. Teguh Santoso, SpPD, menyarakan agar pasien segera mendapatkan pertolongan tidak lewat dari 15 menit setelah serangan nyeri pertama.
Variasi rasa nyerinya, menurut Profesor Teguh, dada seperti ditekan, diremas-remas yang rasanya menjalar ke leher dan lengan, atau merasa terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin.
Keluhan dapat merambat ke kedua rahang gigi, bahu, serta punggung. Lebih spesifik, ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti maag.
Penanganan pertama angin duduk
Kejadian yang sering terjadi adalah pasien tidak cepat memeriksakan diri meski sudah mengalami gejala-gejala tadi.
Jadi jika Anda tiba-tiba merasa nyeri dada, sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik apa pun termasuk melakukan hubungan seksual.
“Secepatnya pergi ke rumah sakit untuk ditangani oleh ahli jantung atau dokter bagian kardiovaskular,”
Demikian saran oleh dokter Femmy Nurul Akbar, SpPD yang ditemui disela-sela tugas prakteknya sebagai Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan.
Sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi).
Penyempitan tersebut menyebabkan sebagian jantung tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup, sehingga pasokan darah ke jantung pun tidak seimbang.
Kondisi ini akhirnya mengakibatkan kerusakan pada otot jantung yang dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan Angin Duduk
Langkah utama pencegahan yang dapat dilakukan adalah melonggarkan sumbatan yang terjadi, yaitu dengan memberikan obat antiplatelet (sel pembeku darah) dan anti koagulan.
Dapat juga mengantisipasi ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan oksigen ke jantung dengan nitat, betabloker, dan kalsium antagonis.
Itulah yang disarankan Prof. Teguh. Beliau juga mengatakan “Obat antiplatelet yang paling murah dan gampang, ya aspirin.
Selain bermanfaat sebagai pertolongan pertama mengatasi nyeri, obat ini juga untuk melonggarkan kembali pembuluh darah yang tersumbat.
Pencegahan yang paling dianjurkan adalah membawa tablet antiplatelet ke manapun pergi bagi orang yang berdasarkan hasil diagnosa dokter adalah menderita gangguan jantung,
Sebagai pertolongan awal sebelum ke rumah sakit. sebaiknya menerapkan pola hidup sehat.
Demikianlah informasinya semoga bermanfaat.