Hasil Panen. Photo: Kementrian Pertanian

Peluang, keuntungan, dan kelebihan Ubi kayu dengan Sistem Sambung Mukibat

Diposting pada

Tim Pertanian Organisasi Asgar

Hasil Panen. Photo: Kementrian Pertanian
Banyak di antara kita, baik itu keluarga, sahabat dan rekan kantor yang mungkin mendengar istilah Ubi kayu dengan Sistem Sambung Mukibat, dan ingin mengusahakannya.

Tapi banyak di antara kita yang belum tahu dan bertanya, tentang apa itu Ubi kayu dengan Sistem Sambung Mukibat, bagaimana cara,

kapan bisa tersedia, berapa biaya, kenapa bisa jadi peluang, dimana tempat, dan kepada siapa bisa bertanya.

Oleh karena itu, bersama ini Organisasi Asgar akan berbagai tips dan trik mudah cara mendapatkannya, semoga bermanfaat.

Sumber Pangan nan Bermanfaat

Ubi kayu sudah lama dikenal sebagai sumber pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Juga banyak produk olahannya yang menghadirkan cita rasa yang berbeda di berbagai daerah di Indonesia.

Tapi ada peluang bisnis dari ubi kayu ini, karena disamping sebagai bahan makanan, ubi kayu juga bisa dijadikan sebagai bahan baku bioetanol.

Permintaan bioetanol semakin meningkat, artinya bahan baku pembuatannya yaitu ubi kayu juga banyak dipesan oleh industri.

Untuk itu, banyak cara yang ditempuh untuk mengembang biakkan ubi kayu mulai dari persiapan bibit dan pengelolaan selanjutnya.

Namun berdasarkan hasil pengamatan dan survey, ternyata belum ada teknik baku dalam budidaya ubi kayu oleh petani.

Begitu pun dengan Cara budidaya. Terdapat perbedaan0 beberapa daerah. Ini mengakibatkan hasil produksi yang tidak sama, ada yang sedikit ada yang banyak.

Budi daya ubi kayu sambung sistem Mukibat

Photo: Kementrian Pertanian
Photo: Kementrian Pertanian

Cara budidaya ini, dikenal dan lama dipraktekkan di  Jawa Timur.  Cara ini boleh dicoba di daerah lain, sebagai upaya untuk meningkatkan hasil.

Berdasarkan data, contoh keberhasilan  penanaman ubikayu sistem sambung Mukibat di Kabupaten Banyuwangi menghasilkan 59 ton per hektar.

Kabupaten Gunung Kidul menghasilkan 72 ton per hektar. Sedangkandi Lampung Tengah masing-masing menghasilkan 59 ton per hektar

Data keuntungan yang diraih adalah:

  • Kabupaten Banyuwangi Rp 24.334.000,- (B/C ratio 3,0)
  • Kabupaten Gunungkidul Rp. 8.027.000,- (B/C ratio 1,3)
  • Lampung Tengah Rp 22.315.000,- (B/C ratio 2,1).

Terdapat tiga macam bibit di tingkat petani, yaitu bibit Sambungan Baru, bibit Randan, serta bibit Sambung Batang atau Sambung Pucuk.

Cara budidaya sistem sambung Mukibat

  1. Pertama olahlah tanah dengan sempurna
  2. tanah dibentuk sesuai dengan cara penanamannya yaitu cara kenongan (guludan per individu tanaman), guludan memanjang, dan cara lubang tanam.
  3. Dengan cara tanam kenongan dan guludan memanjang, jarak antar puncak guludan masih bervariasi yaitu 1,25 m x 1,50 m atau 1,5 m x 1,5 m sehingga populasi tanamannya berkisar antara 4.000 – 4.500 tanaman/ha.
  4. Sistem lubang sebaiknya dibuat dengan jarak tanam 1 m x 1 m dan kedalaman 60 cm. Untuk cara lubang ini hanya dilakukan pada penanaman di pekarangan.

Hasil dan keunggulan sistem Sambung Mukibat

Di KP Genteng dilakukan percobaan, hasilnya yaitu: dengan cara sambung Mukibat, klon Adira-4, UJ-5, Kaspro dan lokal Dampit dapat mencapai hasil 90,4 ton s.d 99,67 ton per hektar

Dibandingkan dengan cara biasa, maka hasil yang dicapai adalah hanya 54,3 ton s.d 61,87 ton per hektar.

Sistem Sambung Mukibat menghasilkan rata-rata kadar pati lebih rendah dibandingkan cara biasa yaitu 20,8% dan 22,5%.

Untuk pengukuran kadar air umbi dan kadar HCN, maka pada cara Mukibat cenderung lebih tinggi dibandingkan cara budidaya biasa.

Hasil dari sistem budidaya sambung mukibat memiliki kadar bahan kering dan kadar gula total relatif sama dengan budidaya ubikayu biasa.

Demikianlah informasinya, semoga bermanfaat