Membahas Shamisen, Gitar Tradisional Jepang

Diposting pada

Organisasi Asgar Menelusuri Keindahan Jepang

Jepang mempunyai kesenian tersendiri. Salah satunya adalah musik. Dalam acara-acara penting sering ada musik yang mengiringi.

Membahas Shamisen, Gitar Tradisional Jepang

Sampai sekarang pun, Jepang banyak memproduksi berbagai alat musik yang canggih, dan banyak dipakai di penjuru dunia.

Pada kenyataannya, Jepang memiliki sejarah panjang dalam dunia musik. Banyak sekali alat musik yang digunakan warga Jepang secara turun-temurun. Salah satunya adalah Shamisen.

Arti dan Makna Shamisen

Shamisen adalah salah satu alat musik dawai asal Jepang yang mempunyai tiga senar, dan dipetik menggunakan sejenis pick yang disebut bachi.

Shamisen juga sering disebut samisen, yang secara harfiah berarti tiga senar. Ada juga yang menamakan Shamisen dengan sebutan Jamisen.

Dalam aksara Bahasa Jepang, Shamisen dengan huruf hiragana ditulis しゃみせん. Serta dalam huruf kanji Shamisen ditulis 三味線.

Pembuatan dan Konstruksi Shamisen

Shamisen adalah instrumen senar yang dipetik. Pembangunannya mengikuti model yang sama dengan gitar atau banjo, tapi dengan leher dan string membentang di tubuh beresonansi.

Leher shamisen adalah gitar tanpa frets dan lebih ramping dibandingkan dengan gitar atau banjo.

Bagian badan Shamisen yang disebut Do (胴) yang dibuat dari kayu, menyerupai drum, memiliki tubuh berongga yang tegang depan dan belakang dengan kulit, dengan cara dari sebuah banjo.

Bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan yang berfungsi memperkeras suara senar. Kulit yang digunakan tergantung pada genre musik dan kemampuan pemain.

Kulit pelapis shamisen adalah kulit bagian perut kucing betina yang belum pernah kawin.

Jenis kulit pelapis ini sering digunakan oleh pemain Shimasen profesional, karena lebih halus dan mahal.

Untuk pelajar Shamisen, sering memakai shamisen kualitas biasa dibuat dari kulit bagian punggung dari anjing.

Shamisen yang dibuat kulit imitasi memiliki kualitas suara yang tidak bagus sehingga kurang populer.

Jenis dan Ragam Shamisen

Secara umum, shamisen dikategorikan pada 3 jenis berdasarkan ukuran leher. Kalau Shamisen leher sempit disebut Hosozao, kalau leher sedang disebut Nakazao, dan leher besar disebut Futozao.

Disamping itu, masih ada Shamisen yang memiliki bentuk tersendiri, dan berbeda berdasarkan daerah dan penggunaanya.

  • Yanagawa shamisen (Kyō-shamisen), memiliki leher lebih langsing dari Hosozao, ini adalah model shamisen yang paling tua
  • Nagauta shamisen, memiliki leher langsing, dipetik dengan pick besar dari gading gajah, dan dipakai pada pertunjukan kabuki
  • Shanshin asal Kepulauan Ryūkyū, digunakan di prefektur Okinawa dan bagian paling ujung prefektur Kagoshima. Shanshin dibuat dari kulit ular sanca asal Indonesia, leher shamisen dipernis dengan urushi, serta dipetik tidak memakai bachi, tapi dengan pick dari tanduk kerbau.
  • Gidayū shamisen, memiliki leher besar dan tebal, dan digunakan sebagai pengiring jōruri
  • Tokiwazu-bushi shamisen, memiliki leher sedang
  • Kiyomoto shamisen, memiliki leher sedang.
  • Jiuta shamisen, memiliki leher sedang, dipetik dengan pick yang disebut Tsuyamabachi dari bahan gading gajah. Shamisen jenis ini sering disebut sankyoku, dimainkan bersama koto, kokyū, dan shakuhachi.
  • Shinnai shamisen, memiliki leher sedang, dipetik dengan menggunakan kuku jari.
  • Tsugaru-jamisen, memiliki leher lebar dan tebal, digunakan untuk lagu daerah yang disebut Tsugaru-minyō, dan dipetik menggunakan bachi yang berukuran lebih kecil dan dibuat dari tempurung kura-kura.
  • Gottan, asal Prefektur Kagoshima, dibuat seluruhnya dari kayu dan tidak memakai kulit hewan.

Shamisen dalam Pertunjukan Musik Masa Kini

Pianis Jazz Amerika keturunan Jepang yang bernama Glenn Horiuchi bermain shamisen dalam pertunjukan dan rekaman nya.

Musisi tradisional dan Jazz Jepang yang bernama Hiromitsu Agatsuma menggabungkan campuran beragam genre ke dalam musik.

Dia mengatur beberapa standar jazz dan lagu barat terkenal lainnya dengan menggunakan shamisen di album terbarunya yang berjudul “Agatsuma Plays Standards”.

Demikianlah informasinya, semoga bermanfaat.